Kelemahan Boarding School

Posted on

Sampai waktu ini sekolah-sekolah berasrama tetap banyak miliki masalah yang belum bisa diatasi supaya banyak sekolah berasrama layu sebelum akan berkembang. Adapun Faktor-faktornya adalah sebagai selanjutnya :

  1. Dikotomi guru sekolah vs guru asrama (pengasuhan)

Sampai waktu ini sekolah berasrama kesulitan melacak guru yang cocok untuk sekolah boarding school. Sekolah-sekolah tinggi keguruan tidak “memproduksi” guru-guru dengan biaya sekolah boarding yang terjangkau. Akibatnya, masing-masing sekolah mendidik guru asrmanya sendiri cocok dengan ilmu yang dimiliki oleh instansi tersebut.

Guru sekolah (mata pelajaran) bertugas hanya untuk mengampu mata pelajarannya, waktu guru pengasuhan adalah tersendiri hanya berkata soal pengasuhan.

Padahal idealnya, dua kompetensi selanjutnya wajib melekat di dalam sekolah boarding school. Ini penting untuk tidak terjadinya saling menyalahkan di dalam proses pendidikan pada guru sekolah dengan guru asrama.

  1. Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku

Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama adalah kurikulum pengasuhannya. Kalau berkata kurikulum akademiknya bisa dipastikan hampir sedikit perbedaannya. Semuanya mengacu kepada kurikulum KTSP-nya product Depdiknas dengan ditambah pengayaan atau suplemen kurikulum world dan muatan lokal. Tapi jikalau berkata berkenaan pola pengasuhan terlampau beragam, berasal dari yang terlampau militer (disiplin habis) hingga tersedia yang terlampau lunak. Kedua-duanya mempunyai pengaruh negatif. Pola militer melahirkan siswa yang berwatak kemiliter-militeran dan terlampau lunak mengundang watak licik yang bisa mengantar siswa mempermainkan peraturan.

  1. Sekolah dan Asrama Terletak Dalam Satu Lokasi

Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada di dalam satu wilayah dan di dalam jarak yang terlampau dekat. Kondisi ini yang sudah banyak berkontribusi di dalam menciptakan kejenuhan anak berada di sekolah boarding school, supaya dibutuhkan kreativitas aktivitas supaya mereka tidak bosan.